RSS Feed (xml)
.jpg)
Ketua KPU Pusat sudah mengingatkan masyarakat agar jangan terpengaruh iming-iming duit atau barang saat memilih Parpol atau Caleg dalam Pemilu 9 April mendatang.
Jangan sampai kesalahan fatal yang kita lakukan saat mencontreng lima menit di bilik suara namun mengakibatkan penderitaan rakyat selama lima tahun, karena yang terpilihnya politisi busuk yang setelah duduk di legislatif kerjanya korupsi untuk mengembalikan uang yang ditebar saat kampanye dan seterusnya mengumpulkan harta kekayaan untuk tujuh turunan. Rakyat pun tak ditegur lagi.
Oleh karena itu, para tokoh politik sekaitan dengan maraknya politik uang dilakukan pengurus Parpol dan para Caleg saat masa kampanye ini agar mengambil saja uangnya, namun jangan pilih Parpol dan Caleg yang membeli suara rakyat. Sebab, niatnya sudah jelek, menghalalkan segala cara.
Pemilu 2009 memang lain dari Pemilu sebelumnya. Kali ini kemenangan ditentukan suara terbanyak, sehingga masing-masing Caleg harus berjuang keras, sehingga segala cara dilakukan Parpol dan Caleg.
Konsekuensi logis dari suara terbanyak, kampanye terbuka yang dilakukan banyak Parpol berlangsung sepi. Bahkan, ada Parpol yang tidak melakukan kampanye terbuka karena kurang dana dan merasa tidak lagi efektif. Sebab, pengerahan massa membutuhkan banyak dana, namun efektivitasnya belum teruji. Lebih baik langsung menemui konstituen ’’door to door’’ sembari melakukan kegiatan amal.
Persaingan antar Caleg pun tak terelakkan lagi. Para Caleg tidak hanya bertempur dengan Caleg dari Parpol lain, tetapi sesama Caleg dari Parpol yang sama pun harus berjuang mati-matian di lapangan, termasuk menggunakan ’’money politics’’. Itu sebabnya, banyak Celeg lebih memprioritaskan kampanye di Dapilnya masing-masing ketimbang menyukseskan kampanye terbuka di lapangan-lapangan terbuka, hanya untuk gengsi Parpol.
Hemat kita, sisa masa kampanye yang tinggal dua pekan lagi, bakal diramaikan dengan obral janji dan politik uang. Dua hal inilah yang paling menonjol dan sepatutnya diantisipasi oleh masyarakat.
Hal pertama (obral janji) sudah barang tentu tidak akan berhasil. Ya, bila hanya janji-janji belaka yang dilakukan pimpinan Parpol dan para Caleg/DPD dipastikan tidak akan membuahkan hasil. Sebab, rakyat kini sudah mengerti trik para Caleg/DPD. Mereka akan lupa dengan janjinya pasca Pemilu, sehingga kampanye yang hanya jual ’’kecap’’ belaka tidak akan mampu menarik simpati publik, apalagi mengharapkan dukungan masyarakat memilihnya.
Hal kedua, penggunaan materi dalam bentuk uang maupun barang, jauh lebih berhasil ketimbang jual ’’kecap’’ dan ’’iming-iming’’, meskipun bagi banyak rakyat yang sudah ’’melek’’ hukum belum tentu terpengaruh.
Mereka bisa menolak secara langsung, ada juga yang akhirnya menerima, namun tidak memilih. Dengan perkataan lain, uangnya diambil, soal pilihan bisa lain. Hati nuranilah yang berbicara.
Namun bukan berarti kalau menggunakan hati nurani pasti memilih Hanura. Sebab, belum tentu nama partainya bagus, program bagus, realisasinya bisa tidak sebagus namanya.
Justru itu, rakyat harus selektif. Yang terbaik adalah mengetahui ’’track record’’ masing-masing Parpol dan para Caleg dan DPD yang bertempur dalam ajang Pemilu 2009. Pilih mereka yang berkualitas, bersih, jujur, berjuang untuk rakyat.
Jangan pilih politisi busuk. Ciri-cirinya, mendekati rakyat, tebar pesona saat kampanye saja. Kalau diberi uang, tidak salah diambil, lima tahun sekali memeras para Caleg, tapi pilihan tetap pada Parpol dan Caleg berkualitas.=
saya pikir teman-teman alumni sudah pada cerdas semua.. nggak mau dibodoh2in apalagi sama caleg.... calegnya aja yang kita bodoh2in.... ambil duitnya, kaosnya, sembakonya, dsbnya... tapi yang kita pilih kita aja yang tahu... ya nggak...?
Jangan lupa tanggal 9 April 2009
Pilih yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik.... sebab banyak yang menjanjikan perubahan... tapi perubahan yang bagaimana..? Yang pasti jangan pilih yang busuk.....
Jangan sampai kesalahan fatal yang kita lakukan saat mencontreng lima menit di bilik suara namun mengakibatkan penderitaan rakyat selama lima tahun, karena yang terpilihnya politisi busuk yang setelah duduk di legislatif kerjanya korupsi untuk mengembalikan uang yang ditebar saat kampanye dan seterusnya mengumpulkan harta kekayaan untuk tujuh turunan. Rakyat pun tak ditegur lagi.
Oleh karena itu, para tokoh politik sekaitan dengan maraknya politik uang dilakukan pengurus Parpol dan para Caleg saat masa kampanye ini agar mengambil saja uangnya, namun jangan pilih Parpol dan Caleg yang membeli suara rakyat. Sebab, niatnya sudah jelek, menghalalkan segala cara.
Pemilu 2009 memang lain dari Pemilu sebelumnya. Kali ini kemenangan ditentukan suara terbanyak, sehingga masing-masing Caleg harus berjuang keras, sehingga segala cara dilakukan Parpol dan Caleg.
Konsekuensi logis dari suara terbanyak, kampanye terbuka yang dilakukan banyak Parpol berlangsung sepi. Bahkan, ada Parpol yang tidak melakukan kampanye terbuka karena kurang dana dan merasa tidak lagi efektif. Sebab, pengerahan massa membutuhkan banyak dana, namun efektivitasnya belum teruji. Lebih baik langsung menemui konstituen ’’door to door’’ sembari melakukan kegiatan amal.
Persaingan antar Caleg pun tak terelakkan lagi. Para Caleg tidak hanya bertempur dengan Caleg dari Parpol lain, tetapi sesama Caleg dari Parpol yang sama pun harus berjuang mati-matian di lapangan, termasuk menggunakan ’’money politics’’. Itu sebabnya, banyak Celeg lebih memprioritaskan kampanye di Dapilnya masing-masing ketimbang menyukseskan kampanye terbuka di lapangan-lapangan terbuka, hanya untuk gengsi Parpol.
Hemat kita, sisa masa kampanye yang tinggal dua pekan lagi, bakal diramaikan dengan obral janji dan politik uang. Dua hal inilah yang paling menonjol dan sepatutnya diantisipasi oleh masyarakat.
Hal pertama (obral janji) sudah barang tentu tidak akan berhasil. Ya, bila hanya janji-janji belaka yang dilakukan pimpinan Parpol dan para Caleg/DPD dipastikan tidak akan membuahkan hasil. Sebab, rakyat kini sudah mengerti trik para Caleg/DPD. Mereka akan lupa dengan janjinya pasca Pemilu, sehingga kampanye yang hanya jual ’’kecap’’ belaka tidak akan mampu menarik simpati publik, apalagi mengharapkan dukungan masyarakat memilihnya.
Hal kedua, penggunaan materi dalam bentuk uang maupun barang, jauh lebih berhasil ketimbang jual ’’kecap’’ dan ’’iming-iming’’, meskipun bagi banyak rakyat yang sudah ’’melek’’ hukum belum tentu terpengaruh.
Mereka bisa menolak secara langsung, ada juga yang akhirnya menerima, namun tidak memilih. Dengan perkataan lain, uangnya diambil, soal pilihan bisa lain. Hati nuranilah yang berbicara.
Namun bukan berarti kalau menggunakan hati nurani pasti memilih Hanura. Sebab, belum tentu nama partainya bagus, program bagus, realisasinya bisa tidak sebagus namanya.
Justru itu, rakyat harus selektif. Yang terbaik adalah mengetahui ’’track record’’ masing-masing Parpol dan para Caleg dan DPD yang bertempur dalam ajang Pemilu 2009. Pilih mereka yang berkualitas, bersih, jujur, berjuang untuk rakyat.
Jangan pilih politisi busuk. Ciri-cirinya, mendekati rakyat, tebar pesona saat kampanye saja. Kalau diberi uang, tidak salah diambil, lima tahun sekali memeras para Caleg, tapi pilihan tetap pada Parpol dan Caleg berkualitas.=
saya pikir teman-teman alumni sudah pada cerdas semua.. nggak mau dibodoh2in apalagi sama caleg.... calegnya aja yang kita bodoh2in.... ambil duitnya, kaosnya, sembakonya, dsbnya... tapi yang kita pilih kita aja yang tahu... ya nggak...?
Jangan lupa tanggal 9 April 2009
Pilih yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik.... sebab banyak yang menjanjikan perubahan... tapi perubahan yang bagaimana..? Yang pasti jangan pilih yang busuk.....
Comments :
Posting Komentar