Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Website www.alumni-sttind.com expired... mohon maaf atas ketidaknyamanan ini....

SIAPAPUN BISA TERBANG.....


Sabtu ini setelah mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis di Solaria saya mampir ke Gramedia... yah... Toko Buku Gramedia memang tempat yang tak pernah bosan saya kunjungi semenjak kuliah.... ada buku yang manarik minat saya... "THE AIR ASIA STORY"..... he....he... siapa yang nggak pernah naik air asia? coba deh..... naik pesawat tiket bus.... ha..ha... naikpun nggak beraturan... nggak ada nomornya.... siapa cepat dia camping cupir (CC) eh.. belakang pilot... kalau samping pilot.... co pilot dong......
Dibalik tiket yang murah.... ada kisah yang patut kita simak.... bagi yang mau belajar bisnis.... bagi yang nggak nggak usahlah baca buku ini.... mendingan ko phing ho aja.... he..he....

Kisah dimulai dari ketika Tony Fernandes, Wakil Presiden Times Warner Music Southeast Asia, memutuskan untuk beralih dari bisnis musik ke bisnis penerbangan. Dunia yang memang pernah diimpikannya. Pilihannya pada konsep penerbangan murah diilhami oleh easyJet, Ryanair di Eropa, lalu pendahulu mereka yaitu Southwest Airlines di AS. Saat proposal konsep penerbangan murah diajukan kepada Perdana Menteri Malaysia, waktu itu Dr. Mahathir Mohamad, beliau mendukung, tetapi syaratnya harus mengakuisisi maskapai yang ada, karena ijin baru telah ditutup. Ini merupakan tantangan awal.

Namun tidak berapa lama Tony dapat kabar bahwa Asia Air yang awalnya milik seorang bangsawan kaya Malaysia sedang menuju kebangkrutan, akan dijual. Maka, dengan hanya 1 Ringgit Malaysia (Rp 2500) maskapai itu dibeli. Untuk itu dia dapat dua pesawat Boeing 737-300, tapi harus menanggung hutangnya yang hampir Rp 100 milyar.

Konsep penerbangan murahnya ternyata berhasil. Dalam waktu tujuh bulan (Desember 2002) dia sudah memperoleh pemasukan Rp 282,5 milyar, membukukan keuntungan Rp 48,5 milyar, dengan 1,1 juta penumpang.Dengan sukses ini tantangan yang menghadang di depan adalah persaingan dengan Malaysia Air Service (MAS), maskapai milik pemerintah Malaysia, seperti Garuda di Indonesia. Untuk itu Tony memilih untuk membuka rute penerbangan regional, ke Thailand dan Indonesia. Dan ini tantangan yang tidak mudah. Berbagai strategi dan cara dia tempuh hingga akhirnya berhasil. Ini terjadi setelah dia mendirikan perusahaan Air Asia Thailand, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Thaksin, Perdana Menteri Thailand saat itu.
Untuk masuk ke Indonesia Air Asia ‘beruntung,’ karena saat itu ada Awair yang kebetulan diambang kebangkrutan. Tony membelinya sebagai ‘pintu masuk’ ke Indonesia. Dengan demikian maka tercapailah tujuannya menjadi maskapai penerbangan murah skala regional. Tapi itu belum komplit tentunya sebelum Air Asia bisa masuk Singapura, hub internasional di wilayah ini.

Sebelum masuk ke Singapura, Tony masih harus memantapkan posisinya di Malaysia sendiri. Sebagai maskapai penerbangan murah (LCC) efisiensi adalah hal pokok. Karena itu Air Asia perlu punya lapangan terbang sendiri yang biaya operasinya juga murah. Tony berencana membangun bandara Subang yang letaknya tak jauh dari Kuala Lumpur. Tapi keinginan ini langsung ditentang oleh pengelola dan serikat pekerja Kuala Lumpur International Airport (KLIA), karena akan mengancam cita-cita KLIA menjadi pusat (hub) regional, bersaing dengan Changi Airport, Singapura. Setelah melalui perjuangan yang alot dengan Kementerian Perhubungan, akhirnya Air Asia mendapat terminal khusus di KLIA. Walau kurang happy, karena kepadatan jadwal penerbangan membuat banyak waktu pesawat menunggu, yang berarti pemborosan bahan bakar. Tapi apa boleh buat.Persaingan atau kadang konflik dengan MAS tak dapat dihindarkan. Bisa diperkirakan MAS pasti cemburu dengan kehadiran pesaing. Walaupun Tony berkali-kali menyatakan bahwa pangsa pasarnya berbeda, karena dia fokus pada kelas yang sebelumnya tidak membayangkan dirinya naik pesawat terbang. Maka tatkala MAS juga membuka penerbangan murah, dia teriak. Dia menyatakan itu tidak fair, karena MAS kan mendapat subsidi pemerintah.

Tapi perjuangan yang paling seru adalah bagaimana Air Asia bisa masuk Singapura. Ini adalah perjuangan panjang yang akhirnya dimenangkannya. Walau faktor eksternal turut mendukung, terutama dengan masuknya saham Temasek, perusahaan holding milik pemerintah Singapura, ke Air Asia Thailand, setelah Thaksin runtuh.
Lalu apa kiat Air Asia sehingga bisa menjual tiket Jakarta-Surabaya dengan harga Rp 5000, dan berbagai tawaran murah yang diiklankan periodik di beberapa surat kabar dan websitenya yang multi bahasa itu? Ternyata itu kiat sederhana saja, yang entah kenapa hanya Air Asia yang melakukan, atau yang pertama. Yaitu, menjual kursi yang menurut statistik rute dan waktunya, memang kemungkinan besar kosong. Jadi kalau tidak dijual murah juga kosong. Lha kenapa tidak dijual murah via internet, sebagai sarana promosi.

Membaca buku ini serasa bukan membaca kisah maskapai penerbangan, tapi kisah Tony Fernandes sendiri. Ada semangat menggebu dan pantang menyerah, keberanian ambil risiko, selalu ingin menjadi yang pertama. Juga kejeliannya dalam beriklan, selain promo harga tiket murah, juga mengasosiasikan Air Asia dengan Manchester United (MU), yang sama-sama menggunakan warna merah, dengan cara menjadi sponsor pusat latihan MU di Trafford, UK.
Kisah ini juga bisa menyadarkan bahwa kita hidup di wilayah Asean yang dinamis, interaksi antar negara tinggi. Dimana persaingan kepentingan antar negara terutama dalam bidang ekonomi cukup tinggi. Saling bersaing menjadi hub internasional terkemuka. Menguasai saham perusahaan yang maju di wilayah ini. Ini bisa diperhatikan dari agresifnya Temasek mengambil alih banyak perusahaan terkemuka. Namun juga kerjasama yang mau tidak mau harus dijalin secara saling menguntungkan. Ini bisa dikaitkan dengan bagaimana bangsa Indonesia marah atas ‘pengakuan’ banyak produk kesenian oleh negeri tetangga, tapi mesti disadari juga bahwa masyarakat kita membutuhkan pekerjaan dari negeri-negeri tetangga tersebut, dengan berbagai persoalannya. Juga soal kiriman asap lantaran kebakaran hutan yang sering terjadi.

Undangan Baralek Tuk Alumni STTIND

Pagi ini dikantor saya menerima undangan baralek dari :

RIZALDI AZWAR, ST dengan CITRA AYU, ST
(Dedi & Citra)
Minggu 22 Maret 2009
Jl. Baung No. 7 Tangkerang Barat Pekanbaru

He..he... Mohon maaf sebelumnya saya terus terang lupa siapa nih alumni yang hendak menempuh hidup baru.... Kalau yang namanya Citra Ayu saya ingat.... dia pernah saya suruh menyanyi lagu "tak tontong kalamai jaguang" tapi versi bahasa indonesia.... ketika OSPEK dulu... tapi rekan kita Rizaldi Azwar ini mohon maaf saya lupa..... ketika saya amati photo yang tertera di Undangan saya masih lupa juga..... Maaf yang sebesar2nya jika saya lupa.... kalau memang citra ayu yang saya ceritakan diatas... wah tambah cantik nih..... he..he....

Bagi rekan-rekan ini Undangan untuk kita bersama..... yok kita sama2 bersilaturrahmi kerumah rekan kita ini :


KAMI SEGENAP KELUARGA BESAR ALUMNI STTIND mengucapkan :

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU
SEMOGA BAHAGIA DAN MENJADI KELUARGA
YANG SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH
DAN PENUH BERKAH..... AMIN....

Bagi rekan-rekan yang akan datang silahkan kita saling kontak2an... biar rame....

HATI-HATI BERTEMAN DI FACEBOOK




Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan, bagi para Facebooker sejati. Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekedar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.Walhasil, dengan demikian Anda akan semakin mudah menjadi korban 'impersonation'.
KasusTulisan ini sengaja saya buat dan saya titipkan ke detikINET, karena ada satu kasus yang langsung menimpa salah satu mahasiswi saya di sebuah perguruan tinggi swasta tempat saya mengajar. Si mahasiswi tersebut belum lama berselang mengadukan kisahnya kepada saya bahwa hampir tiap saat dirinya melalui ponsel dihubungi orang yang tidak dikenal, bahkan di tengah malam sekalipun.Setelah saya gali informasi lebih lanjut, ternyata saya temukan bahwa data dirinya di Facebook, entah oleh siapa, di-copy dan dijadikan sebuah blog di Blogspot.com. Blog tersebut seolah-olah dikelola langsung oleh si mahasiswi tersebut. Inilah yang disebut dengan kasus 'impersonation'Bahkan si pelaku (impersonator), memindahkan sebagian foto-foto si mahasiswi tadi dari Facebook ke sebuah situs penyimpanan foto gratisan, imageshack.us. Isi blog tersebut, cenderung berupa pencemaran nama baik dan melecehkan martabatnyat sebagai wanita.Celakanya lagi, di blog tersebut dicantumkan pula nomor ponsel yang sehari-hari digunakan oleh mahasiswi tersebut. Maka, hampir tiap saat dia harus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah seperti apa yang tertulis di blog pada setiap penelpon yang masuk.

Penyelesaian Kasus ini agak rumit, karena tempat si impersonator meletakkan data-data dan foto-fotonya berada di luar ranah Indonesia. Tetapi upaya tetap harus dilakukan. Di blogspot.com atau blogger.com, ada fasilitas untuk melakukan 'flag blog', dengan pilihan 'impersonation'. Kita harus meng-attached hasil scan KTP atau SIM yang dapat membuktikan bahwa kita adalah korban dari pelaku impersonation. Setelah kita men-submit, maka kita tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan kita.Pun setali tiga uang dengan foto-foto yang terlanjur tersimpan di imageshack. Ada fitur untuk melaporkan dan meminta penghapusan foto-foto yang kita anggap materi berhak cipta, mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan. Asumsinya, foto yang diambil dari akun Facebook kita tanpa seijin kita, adalah foto yang melanggar hak cipta.
PencegahanAgar kasus tersebut tidak terulang kepada siapapun, maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:

1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin beresiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)
2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut "hanya" diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.
3). Jangan sembarangan 'add friend' atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah "mutual friends" antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit "mutual friends"-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin beresiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima "pertemanan" yang "mutual friends"-nya cukup banyak.
4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita "banci tagging", tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa "keadaan sekeliling". Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita "untag" diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.
5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan tempat kejadian 'impersonation', untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas. *)

Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye "Be Wise While Online" dalam program Internet Sehat - ICT Watch. Untuk artikel terkait lainnya, dapat dibaca di http://www.ictwatch.com/internetsehat atau http://www.internetsehat.org/

Rahasia Pensiun Muda, Kaya Raya, Dan Bahagia

Pensiun muda, kaya raya, dan bahagia adalah idaman setiap orang. Siapa yang mau kerja sampai tua tapi tetap miskin dan menderita? Ada orang yang setelah menetapkan goal mereka dapat mencapai goal itu dengan cukup mudah. Ada yang perlu kerja sedikit lebih keras… dan akhirnya berhasil. Namun ada juga yang telah bekerja sangat keras tetap belum bisa berhasil.
Sebenarnya apakah sulit untuk bisa pensiun muda, kaya raya, dan bahagia? Ah, nggak. Justru sangat mudah.
Jika memang sangat mudah mengapa banyak orang tidak bisa mencapainya? Nah, inilah alasannya saya menulis artikel ini.
Jawaban singkatnya sederhana sekali. Ini semua bergantung pada definisi sukses yang mereka tetapkan untuk diri mereka.
Lho, maksudnya?

Begini ya. Banyak orang tidak menetapkan secara sadar arti sukses bagi diri mereka. Umumnya orang, termasuk saya juga dulunya, mengadopsi sukses berdasarkan definisi atau kriteria orang lain. Itulah sebabnya bila kita bertanya kepada orang, “Apa yang ingin anda capai dalam hidup?”, mereka akan menjawab, “Sukses”. Kalau kita kejar lagi, “Sukses seperti apa?”, maka umumnya mereka akan menjawab, “Mencapai kebebasan waktu dan uang” atau “Pensiun dini”. Yang paling keren adalah jawaban, “Muda kaya raya, tua foya-foya, mati masuk surga”.
Dulu saya juga ingin sukses seperti di atas. Namun sekarang saya mengerti. Sukses bukanlah seperti yang didefinisikan kebanyakan orang. Kita harus menetapkan sendiri definisi sukses. Saya mendefinisikan sukses sebagai perjalan diri berdasar peta sukses yang kita rencanakan sendiri dengan kesadaran kita saat itu.

Di sini ada dua komponen penting. Pertama, sukses adalah perjalanan yang dilakukan berdasarkan peta sukses. Kedua, peta sukses ini kita rencanakan sendiri dengan kesadaran kita saat itu.
Peta sukses ini adalah impian-impian yang ingin kita capai dalam hidup. Impian harus memenuhi dua syarat utama yaitu harus bersifat personal dan bermakna. Dan yang lebih penting lagi adalah kita menetapkan impian dengan menggunakan kesadaran kita pada saat itu.
Hal ini berarti seiring dengan berkembang dan meningkatnya kesadaran diri maka kita perlu melakukan update impian-impian kita. Ada yang perlu kita tambah dan ada yang perlu kita hapus dari daftar.

Mengapa sampai perlu dihapus dan ditambah? Karena seringkali apa yang dulu kita anggap penting ternyata sekarang sudah tidak penting lagi. Apa yang dulu kita anggap personal dan bermakna ternyata sekarang sudah tidak bermakna lagi karena level kesadaran kita telah berkembang. Sebaliknya apa yang dulu tidak terpikirkan oleh kita, eh… sekarang malah sangat penting untuk kita capai.

Impian harus ditetapkan dengan mengacu pada nilai-nilai hidup (value) tertinggi kita. Tidak asal ditetapkan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Saat impian sejalan dengan value maka impian ini berisi muatan emosi positif yang tinggi. Emosi positif ini selanjutnya akan menjadi pendorong, motivator, dan sekaligus provokator sehingga kita akan selalu semangat melakukan kerja atau upaya untuk mencapainya.Pencerahan lain yang saya dapatkan adalah kita perlu hati-hati menetapkan makna kata “pensiun”. Mengapa? Karena ada begitu banyak orang sulit mencapai kebebasan waktu dan uang yang mereka impikan karena mereka dihambat oleh kata “pensiun”.
Lho, kok bisa begitu?

Begini ya. Manusia berpikir dengan menggunakan dua pikiran yaitu pikiran sadar dan bawah sadar. Pensiun diartikan sebagai sesuatu yang indah, kebebasan uang dan waktu, ini kan baru kita dapatkan setelah kita dewasa. Apalagi setelah membaca bukunya Robert Kiyosaki Cashflow Quadrant.

Pensiun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya: 1) tidak bekerja lagi karena masa tugasnya telah selesai, dan 2) uang tunjangan yang diterima tiap-tiap bulan oleh karyawan sesudah ia berhenti bekerja atau oleh istri (suami) dan anak-anaknya yang belum dewasa kalau ia meninggal dunia. Definisi pensiun di atas nggak terlalu bagus, kan?
Nah, bagaimana dengan makna “pensiun” menurut orang di sekitar kita? Berbeda dengan definisi KBBI di atas, dari hasil programming saat kita masih kecil umumnya kata “pensiun” mempunyai arti “berhenti bekerja”, “uang pas-pasan”, “nganggur karena sudah nggak ada kerjaan”, “tidak punya kekuasaan”, “tidak dihargai orang”, “tua dan lemah”, atau “melewati hari-hari yang membosankan”. Hal ini ditambah lagi ada banyak contoh orang yang pensiun dari jabatan tertentu eh.. dua tahun kemudian meninggal.
Jadi, tanpa kita sadari ada muatan emosi negatif yang cukup tinggi yang melekat pada kata “pensiun”. Emosi negatif ini bekerja di level pikiran bawah sadar dan tanpa kita sadari justru menjadi mental block yang menghambat upaya kita.
Langkah awal untuk pensiun adalah melakukan definisi ulang makna kata “pensiun”. Dan pastikan makna ini benar-benar masuk dan tertanam dengan kuat di pikiran bawah sadar kita.
Anda mungkin tidak percaya dengan apa yang saya jelaskan di atas, bahwa apa yang kita pikirkan secara sadar belum tentu sejalan dengan pikiran bawah sadar. Bila sampai terjadi konflik antara pikiran sadar dan bawah sadar maka yang selalu menang adalah pikiran bawah sadar.

Ini saya beri contoh nyata. Seorang kawan, sebut saja Budi, adalah anak muda yang sangat aktif dan percaya diri. Budi punya impian besar. Ia ingin jadi orang sukses. Budi menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia serius mengembangkan dirinya dengan membaca sangat banyak buku pengembangan diri, bisnis, keuangan, ekonomi, dan mengikuti berbagai seminar di dalam dan luar negeri. Budi telah mengikuti pelatihan semua pembicara top Indonesia. Di luar negeri Budi, antara lain, mengikuti pelatihan Anthony Robbins dan Robert Kiyosaki.
Setelah dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh Budi akhirnya memilih fast track menjadi orang kaya dengan menjadi pengusaha properti. Budi sadar sesadar-sadarnya bahwa, seperti ilmu yang ia dapatkan dari berbagai pelatihan yang ia ikuti, untuk bisa sukses finansial tidak perlu modal besar. “You don’ need a lot of money to make a lot of money”, ini mantra yang selalu ia sampaikan pada saya, “ Yang penting sikap, keyakinan diri, dan antusiasme”. Namun setelah mencoba sekian lama Budi masih tetap belum bisa berhasil. So, what’s wrong? Some thong wring… eh.. salah… some thing wrong.
Apa yang menjadi penghambat Budi?
Pikiran sadar Budi yakin bahwa tidak perlu uang banyak untuk sukes secara finansial. Namun pikiran bawah sadarnya berkata sebaliknya. Budi belum bisa sukses karena, menurut pikiran bawah sadarnya, tidak punya modal banyak. Hal ini semakin diperparah lagi dengan satu program pikiran yang ia dapatkan dari ayahnya yaitu kalau berbisnis tidak boleh mengambil untung banyak karena pelanggan bisa lari ke orang lain.
Saat keluar dari kondisi relaksasi pikiran dan diajak berdiskusi mengenai mental blocknya Budi sempat bingung. Ia berkata, “Ini benar-benar nggak masuk akal. Saya sudah yakin seyakin-yakinnya kalau mau sukses nggak perlu modal besar, eh… pikiran bawah sadar saya berkata sebaliknya. Makanya susah sekali untuk sukses. Rupanya saya disabotase pikiran saya sendiri. Padahal saya yakin sekali lho dengan apa yang diajarkan Kiyosaki.”
Nah, pembaca, anda jelas sekarang?

Kembali ke definisi kata “pensiun”, saya mendefinisikan pensiun bukan dari ukuran kebebasan waktu dan uang yang saya capai. Saya mendefinisikan pensiun sebagai melakukan sesuatu dengan pikiran tenang dan hati yang damai.
Nah, untuk bisa mencapai pikiran yang tenang dan hati yang damai, saat melakukan suatu kegiatan,pekerjaan, atau bisnis, maka saya perlu menetapkan syarat-syarat yang spesifik. Istilah teknisnya “rule” atau aturan.

Saya menetapkan syarat antara lain: 1) saya suka melakukan pekerjaan itu, 2) semakin saya melakukannya maka semakin diri saya bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik, 3) apa yang saya lakukan mempengaruhi hidup orang banyak secara positif, 4) saya menentukan harganya, 5) saya bisa melakukannya di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, 6) tidak perlu banyak karyawan, 7) gudangnya ada di otak dan komputer saya, saya bersedia tidak dibayar melakukan apa yang saya lakukan, 9) sejalan dengan tujuan hidup saya, 10) bisa diwariskan atau diteruskan oleh anak.
Jika anda baca dengan saksama maka syarat yang saya tetapkan di atas sebenarnya menjelaskan satu hal yaitu passion. Namun juga jangan salah mengerti ya. Jika hanya berbekal passion saja tidak cukup untuk sukses. Passion harus didukung oleh strategi yang jitu dan terarah.

Ada klien saya yang hanya mengandalkan passion saja, walaupun saya tahu ia orang yang sangat kompeten di bidangnya, ternyata harus mengalami kegagalan beruntun di dalam bisnisnya. Waktu saya tanya, “Strategi apa yang akan anda gunakan dalam memasarkan produk anda?”, jawabnya enteng, “Nggak usah pake strategi macam-macam. Pokoknya saya senang melakukan apa yang saya lakukan. Hasilnya pasti akan bagus. Nanti akan sukses dengan sendirinya”.
Apa yang terjadi? Benar di awal bisnisnya pesanan sangat banyak. Namun karena tidak didukung dengan perencanaan yang matang, klien ini harus kalang kabut untuk memenuhi pesanan produknya. Akibatnya, quality control terabaikan. Dan ending-nya, bisnisnya bubar karena banyak klien kecewa dan menolak melanjutkan kerjasama.
Defisi lain yang perlu kita tetapkan dengan sangat hati-hati adalah makna kata “kaya”. Apa ukurannya sehingga seseorang disebut sebagai orang kaya?
Masyarakat umumnya mengukur dari jumlah rupiah yang dimiliki seseorang. Semakin banyak rupiahnya maka semakin kaya orang itu. Apakah benar seperti ini?
Jawaban ini benar, untuk ukuran kebanyakan orang. Namun untuk diri kita sendiri, kita perlu menetapkan definisi yang personal. Kaya sebenarnya tidak ada hubungannya dengan jumlah rupiah. Kaya sebenarnya lebih ditentukan oleh perasaan cukup.
Apa maksudnya?

Begini, ada banyak orang yang sangat kaya (uangnya banyak sekali) namun sebenarnya ia hidup dalam kemiskinan. Juga ada sangat banyak orang yang miskin (uangnya sedikit sekali) namun mereka sangat kaya.
Seorang kawan dengan sangat bijak pernah berkata, “Orang kaya itu adalah orang miskin yang kebetulan uangnya banyak. Sedangkan orang miskin itu adalah orang kaya yang kebetulan uangnya sedikit.”
Lho, kok dibolak-balik?
Kaya atau miskin ini lebih ditentukan oleh perasaan cukup. Saat kita merasa cukup, kita puas dengan apa yang kita miliki, maka pada saat itu kita telah menjadi orang kaya.Kita bisa kaya tanpa harus punya uang sangat banyak. Sebaliknya, walaupun kita punya isi seluruh dunia, namun bila kita masih tetap saja merasa kurang maka sebenarnya kita adalah orang miskin. Bahkan John D. Rockefeller JR., berkata, “Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang”.

Kaya raya ukurannya semata-mata hanyalah suatu perasaan. Dan karena parameternya adalah perasaan maka hal ini sangatlah subjektif. Setiap orang punya takaran sendiri. Kita tidak boleh menggunakan takaran orang lain untuk mengukur diri kita. Demikian pula sebaliknya kita tidak boleh menggunakan takaran kita untuk mengukur orang lain.
Nah, sekarang bagaimana menjadi bahagia?

Jika kita melakukan pekerjaan atau bisnis dengan hati gembira, karena sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup kita, dan menjadi kaya berdasarkan perasaan cukup yang kita tetapkan sendiri, dengan penuh kesadaran, maka hasil akhirnya kita pasti bahagia.
Saya pernah ditanya seorang peserta seminar, “Pak Adi, kalau memang Bapak sedemikian hebat, mengerti otak-atik pikiran, bisa membantu seseorang berubah dan sukses, mengapa Bapak tidak mendirikan banyak perusahaan dan menjadi milyuner? Atau mengapa Bapak tidak mencoba menjadi presiden RI?”.
Menjawab pertanyaan peserta ini saya menjelaskan dua hal. Pertama, saya tidak pernah mengklaim diri saya sebagai orang hebat. Saya hanyalah seorang pembelajar di Universitas Kehidupan yang kebetulan mengambil spesialisasi jurusan teknologi pikiran. Saya belajar dan praktik lebih dulu dari peserta itu. Jika kita sama-sama belajar, bisa jadi peserta itu jauh lebih pintar dari saya.
Kedua, saya tidak akan mau mendirikan perusahaan besar ataupun jadi presiden RI. Sebenarnya sekarang pun saya adalah seorang presiden, Presiden Direktur di perusahaan Kehidupan saya sendiri. Alasan lainnya saya telah menentukan tujuan hidup saya, yang didasarkan pada nilai-nilai hidup saya. Saya punya parameter yang sangat subjektif yang digunakan untuk mengukur keberhasilan hidup saya. Salah satunya adalah ketenangan pikiran dan kedamaian hati.
Nah pembaca, nggak susah kan untuk bisa pensiun muda, kaya raya, dan bahagia?Kalau mati masuk surga, wah ini urusannya sama Tuhan. Saya nggak berani komentar.


Penulis :
Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan www.adiwgunawan.com , www.QLTI.com

The Secret.... Mujizat berpikir positif

Mengapa 1 % populasi menghasilkan sekitar 96 % uang yang pernah dihasilkan? Apakah menurut Anda ini hanya kebetulan? Ini dirancang sedemikian rupa. Mereka mengerti sesuatu. Mereka mengerti Rahasia, dan sekarang Anda sedang diperkenalkan dengan rahasia ini.
Kutipan di atas mungkin terdengar bombastis. Tapi, apakah Anda sudah siap --untuk mengetahui sebuah rahasia?
Buku ini berjudul The Secret, tapi oleh penerbit yang menerjemahkannya diberi sub-judul "Mukjizat Berpikir Positif".

Tentu saja, nasihat tentang pentingnya berpikir positif sudah teramat sering didengungkan. Jadi, apa kelebihan buku ini, yang mengangkat "kembali" nilai yang sudah "klise" itu? Sehingga, sampai-sampai, menjadi salah satu buku "Top 5 Best Seller" di Amazon.com, dibedah di acara Oprah (Winfrey) Show dan di Indonesia selalu dikutip oleh para motivator dalam berbagai presentasi mereka?

Salah satunya, tak lain kreativitas Rhonda Byrne dalam mengemas nasihatnya. Ia tidak menggurui pembaca dengan memaparkan ilmu, trik, jurus-jurus dan aneka tips yang berkaitan dengan tema yang hendak disampaikannya. Melainkan, seperti tersirat dari judulnya, ia mengambil langkah agak memutar dengan mengungkapkan rahasia orang-orang sukses di masa lalu. Byrne berangkat dari premis bahwa orang-orang sukses di seluruh dunia telah memahami dan menerapkan hukum-hukum alam, terutama hukum tarik-menarik yang dianggap sebagai hukum terkuat di alam semesta.
Saya menemukan buku ini secara kebetulan jalan-jalan di Gramedia.... lumayan tebal nih buku.... isinya bagus banget.... cuma saya type orang yg nggak suka baca buku yang nggak ada gambarnya.... he..he... apalagi bila kalimatnya menoton.... tapi buku ini kayaknya beda....

Dalam buku ini, Anda akan mempelajari cara menggunakan Secret di dalam setiap aspek kehidupan—keuangan, kesehatan, relasi, kebahagiaan, dan dalam setiap interaksi yang Anda alami di dunia. Anda akan mulai memahami kekuatan yang tersembunyi dan belum tersentuh di dalam diri Anda, dan pesan ini dapat menghadirkan kegembiraan dalam setiap aspek kehidupan Anda. Secret telah diwariskan selama berabad-abad, didambakan banyak orang, disembunyikan, dihilangkan, dicuri, dan dibeli dengan harga yang sangat mahal. Secret yang berusia berabad-abad ini telah dipahami beberapa orang yang paling menonjol dalam sejarah: Plato, Galileo, Beethoven, Edison, Carnegie, Einstein—dan para penemu, teolog, ilmuwan, serta para pemikir besar. Sekarang, Secret telah diungkapkan kepada dunia.

Ketika Anda mempelajari Rahasia ini, Anda akan menyadari bahwa Anda dapat memiliki atau melakukan segala sesuatu yang Anda inginkan. Anda akan menyadari siapa sesungguhnya diri Anda. Anda akan menyadari keagungan sejati yang sedang menanti Anda dalam hidup ini.

Saya mempunyai DVD lengkap ttg buku ini.... bagi yang malas membaca lebih baik menonton... karena isinya jauh lebih menarik.... kita diajarkan bagaimana berpikir positif..... dan apa yang kita pikirkan.... itulah hidup kita....

Kalau mau lihat cuplikan videonya silahkan play disini......

JK: Ekonomi RI Tumbuh Baik



JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perekonomian Indonesia tumbuh dengan baik. Selain itu, dengan adanya kepercayaan pada kemampuan sendiri karena Indonesia merupakan bangsa yang amat kuat.

"Hal itu yang harus kita ubah dan kita bisa. Karenanya, kita butuh pemerintahan yang kuat," katanya, dalam acara Pengusaha Bertanya, Partai Menjawab, di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Senin (16/2/2009).

JK mengakui, Indonesia merupakan negara yang paling stabil di segala bidang di kawasan Asia. Menuruntnya, jika dibandingkan dengan Thailand dan negara lainnya maka Indonesia merupakan negara yang memiliki pemerintahan yang jelas.

"Yang paling stabil di Asia adalah Indonesia. Cuma kita saja yang sering lecehkan bangsa kita sendiri," cetusnya.

Di sisi lain, dirinya mengomentari pasar tradisonal yang semakin tergusur keberadaannya oleh pasar modern. JK berpendapat, saat ini telah terjadi perubahan gaya hidup di lingkungan masyarakat. Dari yang sebelumnya mau berbelanja di pasar tradisional, sekarang lebih memilih berbelanja di pasar modern atau mal.

Untuk itu, dirinya menilai sejauh manapun pemerintah membela keberadaan pasar tradisional namun pihak konsumen atau masyarakat tidak membelanya maka hal tersebut akan sia sia. Dirinya mengatakan, agar pasar tradisional diperbaiki infrastrukturnya dan masyarakat kembali berbelanja di pasar tradisional.

"Soal itu sudah masuk ke dalam kerangka otonomi, tapi sudah ada PP mana yang boleh dan tidak. Pemerintah pasti berpihak kepada orang banyak, tapi sejauh manapun pemerintah membela itu (pasar tradisional) tapi kalau tidak dibela oleh konsumen maka pasar tradisional akan ditinggalkan, karenanya pasar tradisional harus diperbaiki dan para konsumen kembali belanja di pasar tradisional," pungkasnya. (ade)


JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perekonomian Indonesia tumbuh dengan baik. Selain itu, dengan adanya kepercayaan pada kemampuan sendiri karena Indonesia merupakan bangsa yang amat kuat.

"Hal itu yang harus kita ubah dan kita bisa. Karenanya, kita butuh pemerintahan yang kuat," katanya, dalam acara Pengusaha Bertanya, Partai Menjawab, di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Senin (16/2/2009).

JK mengakui, Indonesia merupakan negara yang paling stabil di segala bidang di kawasan Asia. Menuruntnya, jika dibandingkan dengan Thailand dan negara lainnya maka Indonesia merupakan negara yang memiliki pemerintahan yang jelas.

"Yang paling stabil di Asia adalah Indonesia. Cuma kita saja yang sering lecehkan bangsa kita sendiri," cetusnya.

Di sisi lain, dirinya mengomentari pasar tradisonal yang semakin tergusur keberadaannya oleh pasar modern. JK berpendapat, saat ini telah terjadi perubahan gaya hidup di lingkungan masyarakat. Dari yang sebelumnya mau berbelanja di pasar tradisional, sekarang lebih memilih berbelanja di pasar modern atau mal.

Untuk itu, dirinya menilai sejauh manapun pemerintah membela keberadaan pasar tradisional namun pihak konsumen atau masyarakat tidak membelanya maka hal tersebut akan sia sia. Dirinya mengatakan, agar pasar tradisional diperbaiki infrastrukturnya dan masyarakat kembali berbelanja di pasar tradisional.

"Soal itu sudah masuk ke dalam kerangka otonomi, tapi sudah ada PP mana yang boleh dan tidak. Pemerintah pasti berpihak kepada orang banyak, tapi sejauh manapun pemerintah membela itu (pasar tradisional) tapi kalau tidak dibela oleh konsumen maka pasar tradisional akan ditinggalkan, karenanya pasar tradisional harus diperbaiki dan para konsumen kembali belanja di pasar tradisional," pungkasnya. (ade)

Mengapa Kita Kekurangan & Enggan jadi Entrepreneur?


Negeri ini masih sangat kekurangan entrepreneur. Dibalik beragam liputan tentang seribu satu sosok enterpreneur, negeri ini ternyata masih sangat sedikit memiliki kaum wirausaha. Data terkini menunjukkan angka populasi entreprenuer di negeri ini hanya 0,18 % dari total penduduk, atau hanya sekitar 400,000 orang. Sebuah jumlah yang terlalu sedikit untuk sebuah negara dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa.

Padahal, kisah kemonceran sebuah bangsa selalu dilentikkan oleh kisah heroisme para entrepreneurnya. Mereka membangun bisnis dari nol, mendedahkan cerita legendaris, dan kemudian menancapkan jejak yang amat kokoh dalam sejarah ekonomi dunia. Amerika akan selalu dikenang karena mereka memiliki Henry Ford, Bill Gates, ataupun Lary Page & Sergei Brin (pendiri Google). Jepang menjadi legenda lantaran kisah Akio Morita (pendiri Sony), Soichiro Honda dan Konosuke Matshushita (Panasonic).

Lalu bagaimana solusinya? Apa yang mesti dilakukan negeri ini sehingga kelak akan lahir Bill Gates dari Bandung, Akio Morita dari Pemantang Siantar, ataupun Sergei Brin dari tanah Maluku? Solusi ini akan coba kita bentangkan dengan terlebih dulu menulusuri dua faktor utama kenapa negeri ini masih sangat kekurangan sosok entrepreneur yang tangguh.

Jawaban yang pertama mudah : kita sangat kekurangan jumlah entrepreneur karena sistem pendidikan kita memang mendidik kita untuk menjadi pegawai dan bukan entrepreneur; mengarahkan kita untuk menjadi kuli, bukan kreator. Sungguh mengherankan, sepanjang kita sekolah selama puluhan tahun, kita nyaris tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai entrepreneurship. Juga nyaris tak pernah mendapatkan pelajaran tentang keberanian mengambil resiko, tentang ketajaman mencium peluang bisnis, ataupun pelajaran tentang life skills – sebuah pelajaran penting yang akan membikin kita menjadi manusia-manusia mandiri nan digdaya.

Tidak. Kita tak pernah mendapatkan itu semua. Selama bertahun-tahun kita hanya dijejali dengan aneka teori dan konsep, seolah-olah kelak kita akan menjadi “kuli” atau pegawai di sebuah pabrik. Lalu begitulah, setiap penghujung tahun ajaran, setiap kampus ataupun sekolah bisnis beramai-ramai mengadakan Job Fair, memberikan pembekalan (sic! ) tentang cara menyusun CV yang bagus dan trik bagaimana menghadapi wawancara kerja. Semua dilakukan sebab seolah-seolah bekerja menjadi “kuli berdasi” di perusahaan besar (kalau bisa multi national companies) merupakan “jalur emas” yang wajib ditempuh oleh setiap lulusan sarjana.

Kenyataan seperti diatas mestinya harus segera dikurangi. Sebab situasi semacam itu hanya akan membuat spirit entrepreneurship kita pelan-pelan redup. Sebaliknya, kita sungguh berharap pendidikan dan pelajaran entrepreneurship diberikan secara masif dan sejak usia dini, setidaknya sejak di bangku sekolah SLTP (pelajaran tentang entrepreneurship juga bisa Anda dapatkan DISINI). Sebab dengan demikian, negeri ini mungkin bisa bermimpi melahirkan deretan entrepreneur muda nan tangguh pada rentang usia 17 tahun-an.

Pada sisi lain, acara semacam job fair mestinya disertai dengan acara yang tak kalah meriahnya, yakni semacam “Entrepreneurship Campus Festival”. Kita membayangkan dalam ajang ini, ribuan mahasiswa muda datang dengan beragam gagasan bisnis yang segar, dan kemudian dipertemukan dengan barisan investor yang siap mendanai ide bisnis mereka (investor ini sering juga disebut sebagai “angel investor” atau “venture capital”). Melalui ajang inilah bisa dilahirkan ribuan entrepreneur muda baru dari setiap kampus yang ada di pelosok tanah air. Dan sungguh, dengan itu mereka tak lagi harus antri berebut fomulir lamaran kerja, ditengah terik panas matahari, dengan peluh di sekujur tubuh, dengan muka yang kian sayu…….(duh, biyung, malang nian nasibmu…).

Faktor kedua yang membuat kita sangat kekurangan entrepreneur, dan juga harus segera diatasi adalah ini : mindset orang tua kita yang cenderung lebih menginginkan anaknya menjadi pegawai/karyawan. Sebab, orang tua mana sih yang tidak bangga jika anaknya bisa menjadi ekskutif di Citibank atau manajer di Astra International? Mindset semacam ini menjadi kelaziman sebab bagi kebanyakan orang tua kita, mengabdi dan bekerja di sebuah perusahaan besar setelah lulus kuliah adalah jalur yang harus dilalui untuk merajut kesuksesan. Sebuah jalur “paling stabil” dan “paling aman” untuk dapat melihat anaknya mampu membangun rumah dan memiliki sebuah mobil sedan.

Sebaliknya, orang tua kita acap ragu dan gamang ketika melihat anaknya memutuskan untuk membangun usaha secara mandiri. Mereka khawatir jangan-jangan hal ini akan membuat anak cucu mereka kelaparan……Mindset semacam ini pelan-pelan harus diubah. Cara yang paling efektif adalah dengan menyodorkan semakin banyak contoh keberhasilan yang bisa diraih para entrepreneur muda. Dengan kisah-kisah keberhasilan ini, diharapkan orang tua kita menjadi kian sadar bahwa pilihan menjadi entreprenuer dan membuka usaha sendiri merupakan jalur yang juga bisa membawa kesuksesan yang melimpah.

Ya, orang tua kita mungkin perlu disadarkan, bahwa pilihan menjadi juragan ayam ternak di kampung halaman tak kalah hebat dibanding menjadi manajer di Citibank yang berkantor megah di Sudirman. Bahwa pilihan menjadi juragan batik grosir tak kalah mak nyus dibanding menjadi ekeskutif di sebuah perusahaan multi nasional…… Tapi bukan orang tua kita aja yang perlu disadarkan... Yang pasti kita sendiri harus sadar.... supaya anak kita nggak ngikutin jejak langkah kita yang keliru selama ini.... setuju ?

Sumber : Yodhia Antariksa

Menanggapi KOMPOR HADIAH JADI MODAL USAHA

Menanggapi postingan pak haji forza ttg KOMPOR HADIAH JADI MODAL USAHA menarik sekali untuk disimak.... ini betul-betul pengalaman hidup yang menarik untuk dikaji melihat fenomena alumni atau orang kita yang masih suka kerja dengan zona nyaman.... ngerti sendirilah maksudnya itu.. he..he...
Terus terang saya tergelitik untuk mencari info lebih lanjut ttg pembuat kue kalau orang malaysia bilang kek... karena batam dekat dengan malaysia maka kue sering disebut dgn kek... kalau ingin tahu info lengkapnya silahkan klik http://www.kekpisangvilla.com/ disinilah kita tahu ternyata yang punya orang kita padang.... sarjana... masih muda... Tapi nggak malu jualan pisang he...he...

pak Deni dan bu Selvi begitulah nama sang pemilik dan perintis usaha ini yang sekarang sudah menjadi icon oleh-oleh kota Batam.... tak terbayang sebelumnya....
Dengan kejelian serta semangat usaha bisa membuat trade marknya oleh-oleh khas Kota Batam.... sungguh luar biasa....

Melihat ini saya teringat dengan teman kita Khadafi yang saat ini mengeluti bidang usaha makanan.... kita ketemu bulan Desember 2008 kemarin ngobrol berempat dengan suhaili rahmat dan ali sutan nasution makan lamak di Rumah Makan Ikan Panggang di jalan Khatib Sulaiman....
pak khadafi bisa belajar dari sini pak... saya siap membantu pak.... Mainkan ilmu Teknik Industri kita tu... saya mau juga jualan kerupuk ubi atau kerupuk pisang pak.... tapi yang profesional dong.... seperti ditelpon kemarin.... ubahlah kemasan dan berbisnis zaman sekarang nggak bisa "main sendiri"... mesti punya "team" supaya bergerak cepat dan maju... Bagi rekan-rekan silahkan klik linknya kek visang villa untuk menjadi pelecut semangat untuk maju berusaha mandiri....

Fenomena Ponari Bukti Masyarakat Lemah Moral & Ekonomi


SURABAYA - Antusiasme masyarakat Jombang dalam berobat ke dukun cilik Ponari yang akhirnya membawa petaka jadi perhatian ormas Islam terutama Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. PWNU dan PW Muhammadiyah Jawa Timur mengimbau pada masyarakat agar tidak mudah percaya jika memang tidak dapat dibuktikan manfaatnya. Masyarakat juga diimbau agar berhati-hati jika memang manfaatnya sudah terbukti. Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH Abdurrahman Nafis menilai peristiwa di Jombang itu membuktikan bahwa masyarakat masih lemah moral dan ekonomi. Masyarakat diminta tidak lantas percaya sampai menimbulkan syirik. "Mungkin saja Ponari itu diberi kelebihan tapi jangan sampai hal ini menimbulkan kesyirikan. Misalkan benar, dia hanya sebagai perantara dan kesembuhan hanya dari Allah semata," jelas Nafis, Selasa (10/2/2009).

Nafis mengatakan NU melalui para kiai dan tokoh masyarakat setempat sudah melakukan pendekatan kepada keluarga Ponari untuk mengantisipasi kejadian yang bisa kembali memakan korban jiwa. Nafis juga mengimbau agar pemerintah kabupaten setempat memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat terutama yang kurang mampu. Pemerintah juga harus memberikan pelayanan yang terjangkau karena mungkin ekonomi masyarakat tidak cukup untuk menjangkau pengobatan medis.

Hal yang sama juga dikatakan Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur H Syafiq A Mughni. Masyarakat harus kritis dan jangan mudah percaya dengan kabar atau isu."Saya tidak tahu apakah bisa dibuktikan kemujarabannya. Sebab seringkali itu hanya disampaikan dari mulut ke mulut sehingga selalu ada bias dari kenyataan yang sebenarnya," ujarnya. Syafiq mengatakan Muhammadiyah tidak memberikan kebijakan khusus pada Pengurus Daerah Muhammadiyah setempat dalam menyikapi fenomena dukun cilik Ponari ini. "Saya kira pimpinan Muhammadiyah di Jombang sudah cukup tanggap terhadap masalah yang berbau mistik.Tanpa ada perintah, saya yakin mereka memiliki sikap," katanya. Syafiq khawatir masalah ini sengaja ada yang memanfaatkan dan semata-mata hanya untuk mencari keuntungan. "Bisa jadi ada orang yang memanfaatkan tapi saya nggak tahu siapa. Bagi Muhammadiyah kejadian ini asing atau aneh. Itu tergolong khurofat atau cerita yang tidak jelas sumbernya dan tidak bisa diyakini kebenarannya," katanya. (Ishomuddin/Sindo/ram)

KOMPOR HADIAH JADI MODAL USAHA

Bagi sebagian besar warga Batam, tentu cake pisang villa yang kini menjadi icon branded oleh-oleh khas Batam tidak akan asing lagi di telinga mereka. Denni Delyandri, di usianya yang masih muda (28 tahun) telah sukses menjadi pengusaha kue yang kini dijadikan sebagai oleh-oleh khas Batam. Kini dia juga telah memilki 35 karyawan di empat cabang Cake Pisang Villa yang tersebar di beberapa wilayah di Batam.

Kesuksesannya bukan diawali modal dari orang tua melainkan dari modal yang hanya berlandaskan mental dan keyakinan. ”Semua pekerjaan, sebaik apa pun baik itu pengusaha atau pegawai pemerintahan, tidak ada yang aman, itu semua tergantung mental kita bagaimana menerima keadaan dari pekerjaan kita,” ujar pria lulusan Teknik Elektro Universitas Andalas Padang ini.

Kemudian, pria berkacamata tersebut mengungkapkan kisahnya setelah lulus dari perkuliahan di Padang tahun 2003 silam. ”Di kampus, saya termasuk murid yang pandai karena bisa menamatkan sekolah hanya dengan waktu 4,5 tahun dari fakultas teknik. Dari kampus saya direkrut menjadi assisten engineer di PT Casio yang ada di Batam. Dari situ saya sempat berkeyakinan dan optimis saya akan sukses di bidang kuliah yang akan saya geluti nantinya, memiliki rumah, mobil dan barang yang bagus,” ujarnya mengenang masa lalu.

Namun dia berujar, bahwa apa yang dicita-citakannya dulu tidak seindah apa yang terjadi di dunia nyata setelah dia menghadapi secara langsung. ”Ternyata hidup itu susah dan jauh dari yang kita harapkan,” ujarnya.

Tahun 2004, dia menikah dengan wanita pujaannya bernama Selvi Nurlia. Di situ dia mulai sadar bahwa gajinya dari perusahaan tempat dia bekerja tidak akan sanggup menghidupi keluarganya sehari-hari, apalagi mewujudkan mimpinya untik memiliki rumah dan mobil. ”Setelah berkeluarga, saya kepikiran tidak akan lama lagi berhenti dari perusahaan ini,” katanya.

Awal usaha sampingannya dimulai ketika istrinya hamil besar. ”Saya sedih kalau mengingat ini, waktu itu saya kerja shift, kadang malam dan kadang pagi. Kalau kerja malam hari menggunakan motor butut, saya biasanya diantar sama istri sampai depan rumah, saya melihat dia dengan perutnya yang sudah besar mengantar saya, saya prihatin dan ada kecewa mengapa saya waktu kerjanya seperti ini. Di sinilah pembentukan mental saya, dimana harus ada penghasilan tambahan di luar kerja perusahaan,” ungkapnya.

Awalnya dia mendiskusikannya bersama istrinya. Sehingga sepulang dia bekerja, dia membeli kerupuk udang mentah cap Aloha. Sesampai di rumah, dia dan istrinya sama-sama bekerja. Mengerjakan penggorengan, membungkusnya ke plastik dengan memakai lilin, dan keesokan harinya membaginya ke restoran Padang yang ada di Batuaji. ”Saya melakukannya dengan cara konvensional, dan kompor yang saya gunakan memasak tersebut adalah kompor hadiah pernikahan pula,” ujarnya terkenang sambil tertawa.

Sukses dengan usaha sampingan tersebut, dan dia bisa menghasilkan lebih besar dari gaji bulanannya di perusahaan selama empat bulan. Tiba-tiba istrinya minta berhenti karena kecapekan. ”Saya maklum karena pada waktu itu dia hamil dan pasti ada titik jenuhnya,” ungkapnya.

Denni mengatakan walau pun istrinya meminta berhenti, namun keinginannya untuk mendapat hasil yang lebih timbul terus dalam benaknya. Setelah istrinya melahirkan, dia pun membuat usaha sampingan lagi yakni membuat kue klepon (onde-onde, red). Dengan dibantu istrinya dia menjual kue tersebut ke beberapa perusahaan di Mukakuning dekat dengan perusahaan tempat dia bekerja.

”Saya membagikannya dengan cara menitipkannya di kantin beberapa perusahaan seperti Epson, Casio sebelum saya berangkat kerja. Kemudian sore saya ambil lagi, dan Alhamdulillah, hasilnya lumayan. Kalau dihitung, ada lebih besar dari dua kali gaji saya di perusahaan perbulannya,” ujarnya.

Dari pengalaman usaha kecil-kecilan yang bisa menambah pendapatan lebih besar dari gajinya di perusahaan tersebut, akhirnya Denni memberanikan diri dengan kesiapan mental mengundurkan diri dari perusahaan tempat dia bekerja tahun 2006.

Berhentinya dia dari pekerjaannya, dia kepikiran membuka rumah makan Padang di kawasan Batuaji.Modal yang dia dapat dari bank sebesar Rp10 juta, dia gunakan semuanya memajukan rumah makan tersebut. Mulai merekrut karyawan dengan sistem pembagian hasil fifty-fifty. Namun kali ini usahanya tidak berjalan sesuai rencananya. Hanya bertahan dua bulan, rumah makan tersebut tutup. ”Tutup dengan sempurna namun tidak rugi-rugi amat karena saya kembali menjual peralatan masak rumah makan tersebut dan mendapat hasil penjualan sekitar Rp3 juta waktu itu,” ujarnya kembali mengenang.

Dalam keterpurukan, akhirnya dia mulai banyak membaca buku mengenai kiat sukses dalam kewirausahaan dan mengelola marketing yang baik. ”Akhirnya saya tahu, ternyata ada juga usaha yang diawali tanpa modal uang sepeser pun. Ibarat ayam yang keluar kandang, pasti dia mendapat makanan dan membawanya pulang,” ujarnya.

Denni dan sang istri akhirnya mulai membuktikan kata-katanya dengan kembali membuka usaha event organizer dengan nama Media Kreasi Bangsa. Proyek awal mereka yakni menjadi EO dalam hari anak nasional yang diadakan di Mega Mall Batam Center. Tanpa membayar sepeser pun kepada MMBC, dengan syarat harus meramaikan mall, akhirnya diadakan lomba balita sehat dengan sponsor dari produk susu balita. Acara tersebut berjalan sukses dan mencatat sejarah pertama sekali mall tersebut mendapat pengunjung paling ramai serta mendapat keuntungan lumayan besar sehingga bisa membuat dia dan istrinya mudik ke Padang, Sumatera Barat.

”Di kampung saya sadar, ternyata berbisnis di EO ini rezeki harimau, sekali sukses untung besar dan sekali gagal, pasti hasilnya tak terperikan. Kemudian saya kepikiran membuka usaha yang bisa menghasilkan gaji harian,” masih kata Denni. Membuka usaha jualan kek pisang yang diawali dari hobi istrinya membuat kue tersebut, bukan langsung sukses. Semua butuh proses menuju sukses, seperti yang dikatakan Denni. Diawali dengan menggunakan oven sederhana, demikian juga pemasarannya diawali dengan pembagian brosur sederhana ke berbagai perusahaan, dengan harga awal kala itu Rp15 ribu. ”Selagi badan masih bergerak, Insya Allah, Tuhan akan memberikan pintu rezeki bagi kita umatnya,” kata Denni bijak.

Denni menambahkan, dia masih mengingat order pertama pesanan keknya sebanyak 40 loyang, sehingga mengakibatkan dia dan istri begadang semalaman menyelesaikan pesanan tersebut. ”Waktu itu loyang masih yang kecil, yang muatannya 4 kotak sekali panggang,” ujarnya.

Sukses dengan pesanan tersebut, akhirnya dia mulai merambah perusahaan yang lain, dan sukses pula sehingga dia mampu membeli loyang berkapasitas 20. Hal tersebut, membuat kondisi rumahnya yang di Batuaji berantakan dan dipenuhi alat pembuatan kue serta bahan-bahannya seperti gula dan tepung dalam karung.

Mulai banyak yang memesan, akhirnya Denni membuat buku kas dan buku tabungan supaya mengetahui berapa pengeluaran dan pemasukan dari pembuatan kue tersebut. ”Setelah saya membuat buku kas saya tersebut, saya dan istri mengajukan peminjaman sebesar Rp40 juta ke salah satu bank dan mereka menyetujuinya. Itulah kredit awal pengembangan Kek Pisang Villa buatan kami,” tandas Denni.

Dari modal tersebut, Denni mulai memasang spanduk di pinggir jalan guna memasarkan produknya dan menyebar berbagai brosur, serta membentuk mitra sukarela memasarkan usahanya ke berbagai kantor pemerintahan seperti PLN, Otorita Batam, Pemko Batam, dan lain-lain. Akhirnya Denni berhasil mendapatkan omset perhari sebesar Rp2 juta.

Namun usahanya tersebut sempat tidak berjalan mulus. Para pekerja perusahaan ada yang bosan, sehingga kapasitas pesanan kue tersebut menurun. Denni bersama sang istri tidak pernah menyerah dan bahkan menjadikan kek pisang tersebut menjadi oleh-oleh khas Batam. ”Kita membuat brosur, pasang billboard dan berusaha memajukan Batam melalui makanan khas. Memang ini sudah biasa, namun yang menjadi kerinduan saya bagaimana menjadikan yang biasa menjadi luar biasa, yang bisa meningkatkan pariwisata Batam,” ungkap ayah dari Faza Mutiara Dewi dan Fatanurahman Deni ini.

Akhirnya, dalam waktu singkat bisnis kek pisang tersebut mulai merangkak naik, dan akhirnya sukses sampai sekarang. bahkan diakui Denni, saat ini banyak bank yang berlomba memberikan pinjaman kepadanya. Dia juga sering mendapat kehormatan dan meraih penghargaan di bidang investasi dan kewirausahaan serta sukses juga membuka cabang di empat daerah di kota Batam yakni di Batam Center, Nagoya, Penuin dan Batuaji.

”Intinya itu semua adalah kesiapan mental dari diri kita sendiri. Karena memperoleh kesuksesan harus siap dengan segala tindakan dan resiko serta butuh pengorbanan,” ungkapnya. (Sumber : Batam Pos)

HENNI INDRIATI, ST / TI 94 CALEG DPR - RI PERIODE 2009 - 2014 DAPIL SUMBAR I DARI PARTAI DEMOKRASI PEMBARUAN (PDP)



Assalamualaikum wr. wb & Salam Pembaruan Kepada Seluruh Keluarga Besar Alumni STTIND di mana saja berada....

Melalui forum ini saya ingin menginformasikan kepada seluruh alumni, baik senior maupun junior, bahwa saya maju sebagai caleg DPR-RI periode 2009-2014 dari Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) dengan no urut 7 untuk Daerah Pemilihan I Sumatera Barat yang meliputi wilayah Kota Padang, Kota Solok, Kab. Solok, Kab. Solok Selatan, Kab. Pesisir Selatan, Kota Padang Panjang, Kab. Tanah Datar, Kab. Sawahlunto-Sijunjung dan Kab. Darmas Raya.

Saya bersedia menjadi salah satu caleg dari PDP karena cocok dengan visi dan misinya, terutama saya mengagumi cara pandang Bapak Laksamana Sukardi (Capres alternatif 2009 dari PDP) dengan idenya "MEMBERANTAS KEMISKINAN MELAWAN GOMBALISASI GLOBAL". Kami percaya bahwa kemiskinan yang terjadi di masyarakat kita adalah akibat rendahnya kualitas SDM kita yang dipicu oleh 2 hal utama : Pendidikan dan Kesehatan. Kami berjuang agar pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas dan perhatian khusus pemerintah di periode yang akan datang.
Oleh karena itu saya memohon doa dan dukungan dari semua rekan alumni, terutama yang berdomisili di daerah pemilihan Sumbar I untuk tidak golput pada pemilu 2009 dan memberikan suaranya buat alumni kita. Secara ringkas saya sampaikan PDP adalah Partai Nasionalis dan Religius yang di dalamnya terdapat kader-kader intelektual muda dengan semangat pembaruan/perubahan. Semua kritik dan saran silahkan menghubungi saya di alamat di bawah ini.
Terima kasih atas undangan dari pengelola untuk berbagi berita di blog ini. Semoga STTIND dan semua alumninya makin berjaya..Amin..
Wassalam,
Henni Indriati, ST/TI94 / Putri Ir. Syafri Sarin
Suami : Borkat Timbulan Lubis/TI94
Anak : 1. Maraja Tahta Nagara Lubis (Putra 5 th), 2. Marella Tahta Aurora (Putri 3,5 th)
Hp : 0817 481 6955 / 0812 182 71256 / Rumah : 021 7314023































Fenomena Tetangga yang Tiba-Tiba Kaya

Saya tinggal di sebuah kompleks yang dihuni karyawan Pos dan Telkom. Kompleks perumahan kami cukup kecil sehingga kami selalu tahu apa saja perkembangan tetangga kami. Salah satu yang nampak jelas adalah pada rumah dan mobil yang dimiliki oleh para penghuni. Kita tentu hafal dengan mobil yang dimiliki oleh para tetangga itu.
Teman akrab saya, Pak Gultom (anda benar, ia dari Medan) juga punya mobil. Mobilnya sudah cukup tua. Menurut saya harga mobilnya paling ‘hanya’ seharga 30 jutaan. Walau ia bekerja di BUMN, masih ditambah mengajar di beberapa perguruan tinggi, masih ditambah istrinya bekerja, rupanya tidak berdaya untuk mengganti mobilnya menjadi yang jauh lebih muda.


Ketika saya berangkat bekerja, saya pasti melewati rumahnya. Jadi saya tahu persis jenis mobil yang ia miliki. Di depan rumahnya (masih di dalam pagar), saya lihat ada gerobak untuk jualan nasi. O ya, teman saya ini orangnya amat ‘getol’ berbisnis kecil-kecilan. Gerobak nasi yang ‘nongkrong’ saja di rumahnya membuktikan bahwa ia sudah pernah bisnis jualan nasi (dengan mempekerjakan orang lain tentu saja), dan gagal.

Sesuai dengan semangat untuk selalu menambah penghasilan (anda juga bukan?), ia ikut berbagai bisnis MLM. Dengan memakai jas disertai dengan dasi merahnya, ia aktif ikut pertemuan-pertemuan MLM itu. Kita para temannya sering terheran-heran dengan semangatnya yang tidak kunjung menyerah itu.

Apa hubungan tulisan ini dengan cerita mobil teman saya tadi? Ada, yaitu ketika saya lewat di depan rumahnya, ternyata di depan rumahnya ada sebuah mobil baru. Mobil yang benar-benar baru, yang dengan sedikit lirikan saya bisa pastikan harganya di atas seratus juta.
Saya membatin, “Jangan-jangan ia korupsi.” Tapi dengan cepat saya bantah, karena ia ‘hanyalah’ seorang dosen, yang tidak punya proyek apa-apa. Ia juga tidak memegang jabatan apa-apa. Jika ia ‘korupsi’ paling hanya korupsi waktu…Saya membatin lagi, ‘mungkin ia mendapat warisan’ tapi karena saya kenal ia sejak muda, saya berani pasti bahwa ia tidak mungkin mendapat warisan.

Terus ia bisa kaya karena apa? Bisnis MLM-nya? Ah, yang benar saja. Rasanya ada jutaan ‘fans’ MLM yang saat ini hidupnya sangat pas-pasan. Ia bahkan pernah berkomentar, ‘Ternyata hanya buang-buang waktu saja saya ikut MLM. Gila, bukannya saya mendapat uang, eh, malah saya mengeluarkan uang terus. Untuk pertemuan saja saya harus bayar, mahal lagi…”
Belum lepas kekaguman saya, tiba-tiba ia sudah membawa mobil baru lagi. Mobil itu jelas mahal, apalagi body-nya yang jantan makin menguatkan dugaan saya bahwa mobil itu memang mahal.
DR. Dwi Suryanto, Ph.D. adalah penulis buku Transformational Leadership: Terobosan Baru Menjadi Pemimpin Unggul